Kamis, 07 Agustus 2008

INFORMASI

Basketball tanpa Batas Wilayah

Honda DBL 2009 Bakal Kunjungi 16 Kota, 15 Provinsi

SURABAYA – Kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, DetEksi Basketball League (DBL), tahun depan bakal mengunjungi lebih banyak provinsi. Bersama Astra Honda Motor sebagai partner utama, Honda DBL 2009 akan diselenggarakan di 16 kota, di 15 provinsi di Indonesia.

Pada musim 2008 lalu, kompetisi ini sudah berlangsung di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Mulai tahun depan, akan bertambah di Bali, Kalimantan Timur, Lampung, Jawa Barat, dan –yang paling jauh-- Papua.

”Pertandingan pertama Honda DBL 2009 akan diselenggarakan di Jayapura, Januari mendatang,” kata Azrul Ananda, commissioner DBL, saat launching Honda DBL 2009 di Atrium DBL Arena Surabaya, kemarin.

Dengan memperluas wilayah sampai ke Papua, Azrul menjelaskan bahwa DBL ingin menjadi liga yang tidak mengenal batasan wilayah. Mengembangkan basket, khususnya konsep student athlete, ke berbagai daerah di Indonesia. Apalagi, selama ini, nyaris tidak ada kompetisi basket besar yang mau melakukan hal serupa.

”NBA punya program Basketball without Borders. Kami berharap DBL bisa jadi Basketball without Borders-nya Indonesia. Mengembangkan basket tanpa melihat batas wilayah. Bagi kami, semua wilayah di Indonesia sama pentingnya. Tidak hanya kota-kota besar saja,” jelas Azrul.
Misi ke depan, DBL akan diselenggarakan di semua provinsi di Indonesia. ”Tapi harus step by step. Kami tetap menjaga agar pertumbuhan liga kami sustainable. Percuma langsung besar kalau setelah itu mengecil atau hilang,” tandas Azrul.

Kalau ditanya mengapa belum menyelenggarakan DBL di Jakarta sebagai kota terbesar, Azrul balik bertanya. ”Mengapa harus di Jakarta? Di sana kan sudah banyak sekali kompetisi. Daerah-daerah sekarang jauh lebih membutuhkan,” ujarnya.

Misi ini mendapat dukungan penuh dari Honda, yang sudah menjadi partner utama sejak musim 2008 lalu. ”DBL 2008 yang diadakan di 11 kota sudah sukses luar biasa. Honda sebagai sponsor ikut menikmati hasilnya,” ungkap Senior Manager Promotion and Network Development Astra Honda Motor, Judhy Goutama. ”Hebatnya, DBL juga dapat membuat Surabaya jadi pusat kegiatan internasional sekelas NBA. Namun, dengan tetap memperhatikan potensi daerah seperti Papua yang sering dilupakan,” imbuh Judhy.

DBL memang merupakan liga basket pertama di Indonesia yang bekerja sama dengan NBA. Pada Agustus 2008 lalu, DBL menjadi penyelenggara even resmi pertama liga paling bergengsi itu di Indonesia. Bintang Indiana Pacers, Danny Granger, bertemu dan berlatih bersama para champion Honda DBL 2008.

Tahun depan, kerja sama DBL dan NBA itu bakal ditingkatkan lagi. Pada Agustus mendatang, setelah tur Honda DBL 2009 ke 16 kota berakhir, DBL dan NBA akan menyelenggarakan Indonesia Development Camp yang pertama.

Camp untuk 2009 akan berlangsung tiga hari penuh. Di camp tersebut, pemain-pemain dan pelatih terbaik DBL akan mendapat materi dari pemain dan dua orang pelatih NBA,” ujar Victor Chu, director of business development NBA Asia, yang kemarin hadir di acara launching.

Peningkatan kerja sama juga dilakukan DBL dengan pemerintah Australia. Pada Oktober 2008 lalu, DBL mengirimkan tim All-Star-nya, putra dan putri, untuk belajar dan bertanding di Perth, Western Australia. Tahun depan, akan ada kunjungan balasan.

”Kami telah mendapat persetujuan dari Australia untuk mengirim tim muda Western Australia ke Indonesia, bertanding melawan tim All-Star DBL,” ungkap Martin Newbery, regional director Indonesia trade office government of Western Australia.

Sejumlah pemain dan pelatih yang bertanding di DBL 2008 kemarin juga hadir saat launching. Salah satunya Stefilia Anindita, pemain SMA Ciputra Surabaya yang Oktober lalu terpilih ikut ke Perth.

”DBL itu bukan cuma ngasih kesempatan kami untuk main basket. DBL juga ngasih banyak kenangan dan pelajaran. Sayangnya, aku sudah kelas tiga dan nggak bisa ikut DBL lagi. Kalau seandainya bisa, rasanya, aku nggak pengin lepas dari DBL,” katanya.

Pada launching kemarin, DBL memberikan penghargaan kepada semua partner. Honda DBL 2009 juga akan didukung oleh Relaxa sebagai DBL official candy, League sebagai DBL official sportswear, Proteam sebagai DBL official game ball, serta NBA dan pemerintah Australia sebagai DBL development partner. (hil/puz/azz)

Honda DBL 2009
16 Kota, 15 Provinsi

Jayapura
Mataram
Denpasar
Pekanbaru
Palembang
Bandar Lampung
Pontianak
Banjarmasin
Samarinda
Manado
Makassar
Jogjakarta
Semarang
Bandung
Malang
Surabaya

Sumber : Diteksibasketball.com

=====================================================================

Obama Tantang Palin Main Basket

Washington, Persaingan antara kubu Obama-Biden dan McCain-Palin menuju Gedung Putih makin panas. Barack Obama menantang cawapres dari Partai Republik Sarah Palin bertanding satu lawan satu. Tapi tantangan satu lawan satu ini ternyata untuk bertanding bola basket.

“Dia kelihatannya cukup jago bermain basket, ia kan pernah bermain basket waktu di SMA dulu,” ujar Obama menanggapi bakat Palin dalam bermain bola basket yang disiarkan ABC dalam program 'This Week', seperti dikutip dari AFP, Minggu (7/8/2008).

Obama berkelakar ia tidak akan mampu mengalahkan Sarah Palin menembak. Namun ia bisa mengalahkan Palin bermain basket.

“Mungkin ia menembak lebih baik daripada saya, tapi di lapangan basket, saya lebih baik daripadanya,” canda Obama.

Palin yang berusia 44 tahun ini sempat dijuluki “Sarah Barracuda” karena kehebatannya bermain basket di SMA dulu. Gubernur Alaska ini juga dikenal sebagai penembak dan pemburu yang baik.

Sumber: Hermawan.Net
Member of Hermawan Network


===========================================================================

Evaluasi Team USA Usai Uji Coba di Makau
Lawan Tak Punya Peluang

Semakin dekat ke Olimpiade Beijing, semakin mantap peluang Team USA untuk merebut kembali medali emas. Setelah menghancurkan Turki dan Lithuania di Makau, lawan-lawan Dream Team pun disebut tidak akan punya peluang.

Ulasan Azrul Ananda

Team USA hanya punya satu target di Olimpiade Beijing nanti: Merebut kembali medali emas. Setelah malu hanya meraih perunggu di Athena, tim 2008 ini bukan hanya dijuluki sebagai Dream Team. Mereka juga diberi sebutan "Redeem Team" (tim pembalasan).

Tiga tahun lamanya tim ini dibangun. Setelah malu di Kejuaraan Dunia 2002 dan Olimpiade Athena 2004, USA Basketball pun menyusun pola kerja baru. Pola kumpulan All-Star NBA tidak lagi cukup. Para pemain diminta punya komitmen jangka panjang, dipandu oleh susunan pelatih yang juga punya komitmen jangka panjang.

Pada akhir 2005, Jerry Colangelo ditunjuk sebagai manajer, lantas menunjuk Mike Krzyzewski sebagai pelatih, dibantu asisten Mike D'Antoni, Nate McMillan, dan Jim Boeheim. Mereka lantas mendapatkan komitmen dari 30-an pemain NBA pilihan, yang harus siap dipanggil bila dibutuhkan.

Pada Kejuaraan Dunia 2006 di Tokyo, hasilnya sudah membaik. Hanya punya rekor 6-3 pada 2002 dan 5-3 pada 2004, tim ini mampu meraih rekor 8-1 di Tokyo. Sayang, satu-satunya kekalahan itu terjadi di semifinal, di tangan Yunani. Mereka pun gagal menjadi juara dunia.

Meski gagal, susunan tim itu tidak banyak dirombak. Toh, pasukan 2006 itu juga relatif muda. Dibentuk dari fondasi bintang muda NBA, yaitu LeBron James, Carmelo Anthony, Dwight Howard, dan Dwyane Wade.

Pada 2007 lalu, tim ini menambahkan dua pemain kunci. Mereka menarik lagi veteran Jason Kidd untuk memimpin para anak muda. Kemudian, yang terpenting, mereka akhirnya mampu mendapatkan komitmen dari pemain terbaik di dunia, Kobe Bryant. Ditambah dengan barisan muda yang semakin matang, tim ini pun makin menyeramkan.

Susunan baru ini mulai menunjukkan taring pada pertengahan 2007, dalam turnamen kualifikasi Olimpiade Beijing, FIBA Americas. Tanpa ampun, Team USA menghajar habis lawan-lawannya, meraih rekor 10-0.

Tim ini disebut-sebut sebagai Team USA terbaik sejak 1992, saat pemain NBA untuk kali pertama boleh ikut Olimpiade. Tapi, untuk membuktikan perbandingan itu, Team USA harus mampu meraih emas dulu. Dan mereka harus melakukannya tanpa terkalahkan.

Mampukah? Kalau mendengar komentar-komentar di Macau, mungkin iya. "Mereka punya teknik yang baik, semangat yang baik, dan secara defense jauh lebih baik dari tim Kejuaraan Dunia dua tahun lalu," kata Bogdan Tanjevic, pelatih Turki. "Mereka juga dalam kondisi fisik yang lebih baik. Plus, yang terpenting, mereka sekarang memakai team system, bukan star system," tambahnya.

Para pemain Team USA memang tahu betul pentingnya fungsi tim ini. Meski masing-masing adalah superstar, mereka tidak main sendiri-sendiri di lapangan. Kadang, memang mereka terlihat ingin pamer kemampuan. Tapi secara keseluruhan mereka mau berbagi bola.

Krzyzewski tak henti-hentinya memuji pasukan Team USA. Bukan sekadar permainan, tapi juga faktor nonteknis. "Antusiasme mereka luar biasa," tegasnya.

Sekarang, tinggal bagaimana Team USA menjaga kekompakan dan semangat ini. Kalau mampu terus begini, dan terus menang pada dua uji coba lanjutan melawan Rusia dan Australia di Shanghai, lawan tak akan punya peluang.

Seperti yang disampaikan Bogdan Tanjevic, ketika ditanya saran apa yang bisa diberikan kepada Tiongkok, lawan pertama Team USA di Olimpiade Beijing nanti.

"Tiongkok punya banyak pemain tinggi. Yao Ming, Wang Zhizhi, dan Yi Jianlian. Tapi untuk melawan USA, mereka harus bermain istimewa selama 40 menit penuh. Dan itu tidaklah mungkin terjadi. Setelah 20-25 menit mereka pasti akan melemah. Saya tak melihat Tiongkok punya peluang," paparnya.

Sebagai penegas: Lithuania adalah salah satu favorit peraih medali di Beijing. Di Makau, Sarunas Jasikevicious dkk dihajar lebih parah dari Turki, 120-84. Kalau Lithuania masih favorit, entah seperti apa peluang yang lain.

Seperti yang diucapkan Kobe Bryant usai menggilas Lithuania: "Kalau kami beruntung, kami akan bertemu mereka lagi (Lithuania, Red) untuk berebut emas di final nanti." (*)
Sumber : www.deteksibasketball.com

=============================================================================

Bola Basket
Cabang olahraga bola basket Indonesia pernah berjaya di era 70-an. Namun hingga saat ini belum ada tanda akan bangkit lagi. Sementara dinamika kehidupan olahraga berkembang kian kompleks. Olahraga dijadikan Entertainment (hiburan) telah menjadi kultur zaman sekarang. Tindakan itu dapat menafikan prestasi jika tidak dikontrol oleh sistem yang berbasis pemahaman ilmu.

Sebagai hiburan, olahraga memang dapat menghasilkan dana secara cepat, imbalannya mengeksploitasi. Perubahan mentalitas yang diakibatkannya berdampak merugikan pembinaan. Godaan jalan pintas membuat ruang pengembangan prestasi berkurang. Hiburan yang dianggap ingkar prestasi ini membuat hampir semua pelatih kampus (college coach) di AS tak sepaham dengan pelatih (coach) di NBA (liga basket profesional AS).

Negara lain yang memiliki masalah sama adalah Filipina. Terfokus pada olahraga menghibur, malah basket di sana menimbulkan masalah internal. Kepelatihan yang mengunggulkan permainan menghibur, entah kapan dapat mengangkat Filipina ke tingkat yang sama seperti Korea dan Jepang. Jika ukurannya basket kita (Indonesia), rasanya jelas belum saatnya diindustrikan sebelum pembinaan di bawahnya dibenahi. Namun, pembinaan membutuhkan manajemen yang baik. Bila membereskan kasus saja tidak sanggup, bagaimana membina?

Kasus wasit Budi Marfan adalah contohnya.Kasus yang berkaitan erat dengan kebuntuan prestasi itu berawal dari pernyataan tiba-tiba koordinator wasit yang mempermalukan wasit Budi Marfan dipertemuan wasit tanggal 17 September 2006 Riau untuk menghadapi pertadingan final IBL (Indonesian Basketball League ) 2006 yang lalu bahwa wasit Budi tidak disenangi klub IBL, maka diputuskan tidak diberi tugas. Namun persoalan yang merugikan nama baik wasit Budi ini berlanjut karena tidak menjelaskan klub yang mana, maupun sebab-sebabnya.

Setelah berusaha wasit Budi berhasil menemukan pelatih sebuah klub IBL yang mengaku telah menyatakan kepada koordinator wasit tidak suka Budi memimpin pertandingannya dengan alasan, keputusan Budi sering merugikan pihaknya, wasit Budi sangat kecewa dan merasa percuma karier wasit ini kerena harus menerima kenyataan bahwa yang dikhawatirkan selama ini tak disangka dapat benar-benar terjadi semudah itu dibelakangnya.

Pasalnya, bila ada klub peserta dapat semudah itu menolak wasit bertugas, sama dengan memberi kesempatan buat mereka untuk "memesan" wasit sesuai keinginannya. Konotasinya, menimbulkan keberpihakan wasit di pertandingan. Budi sering dipuji sebagai wait terbaik, dan kerap dipercaya menangani tough games ketika tiada satupun yang sanggup jadi wait kepala. Bahkan dia jadi teladan untuk ditiru, sesungguhnya tak ada pengurus yang mengerti dimana kelebihannya. Bagaimana cara menyimpulkan peringkat Budi kalah dari wasit lain.

Uji kemampuan wasit harus melalui evaluasi. Tetapi, mengevaluasi wasit harus berdasarkan Diktum klinik dan interaktif. Perwasitan yang vital ini positif mendukung dalam membangun prestasi, dapat menjadi negatif bila tidak paham menerapkannya, apalagi disalahgunakan. Kasus ini mengisyaratkan bahwa manajemen gaya lama sudah tidak sesuai untuk ukuran masa kini. Jika membahas masalah wasit saja tidak pernah dapat menyentuh pokok persoalan, bagaimana mengevaluasi pelatih? Peraturan Pendidikan yang dibuat dapat dipastikan tidak beraspek kepelatihan.

Komitmen

Tujuan Evaluasi wasit bukan hanya soal wasit meski menjadi objeknya. Minimal menjaga komitmen yang mengikat wasit, pelatih dan koordinator wasit. Permainan buruk (Bad play) akibat dari bad officiating yang terus dibiarkan, malah menanamkan persepsi keliru pada pelatih, pemain hingga penonton. Pelatih mengajarkan teknik bermain yang menyalahi peraturan. Menganggap latihan beban paling penting. Dikira kekuatan dan bobot lebih penting dari pada kecepatan dan skill. Bagaimana basket ini punya masa depan bila kepelatihan seperti itu yang berkembang?

Meniru gaya NBA yang melarang pelatih, atau pemain berekspresi di pertandingan selevel IBL adalah ngawur. Sungguh ngawur menganjurkan aturan pelatih dilarang protes di pertandingan yang dikira lantas dapat menghindar dari resiko kemelut. Apakah memang mau menyaksikan pelatih-pelatih ini tampil bisu tak berdaya di panggung Internasional ketika timnya dirugikan?

Sumber : Herman Kintono Pengamat Olahraga Bola Basket nasional